Selain mahasiswa kelas internasional, Fasilkom telah menghasilkan satu lagi mahasiswa yang berhasil mencoba belajar di luar negeri (pertukaran mahasiswa), Suci Lestarini. Mahasiswi Fasilkom angkatan 2005 ini baru saja pulang dari studinya selama empat bulan di Universiti Malaya, jurusan ilmu komputer. Leni, sapaan akrabnya, mempelajari banyak hal baru ketika dia sedang menjalani masa-masa pertukaran mahasiswa tersebut, terutama tentang budaya.
Menurut dia, selama ini orang Indonesia berpandangan bahwa Malaysia sering “membajak” budaya Indonesia, seperti lagu “Rasa Sayange”, Batik, dan lain sebagainya. Padahal, jika mau menilik lebih lanjut lagi, sebenarnya budaya kita dengan budaya mereka memiliki banyak kemiripan, seperti budaya baju kurung. Di Malaysia, baju kurung sudah membudaya di sana, sama seperti di Indonesia.
Dalam hal sistem pendidikan, Malaysia memiliki satu kelebihan dibanding Indonesia, yaitu keberaniannya dalam menjaring kerjasama dengan negara-negara lain sehingga Malaysia jauh lebih dikenal di mata dunia dibanding Indonesia. Selain itu, peminatan di Malaysia lebih luas sehingga bisa lebih mendetail dalam pemahaman ilmunya.
Oleh karena popularitasnya yang cukup tinggi di mata dunia, peluang untuk mendapatkan beasiswa ke negara-negara lain pun terbuka sangat besar di sana. Terlebih lagi, pemerintah Malaysia menganggarkan sebesar 30% dari APBN untuk pendidikan. Leni memiliki harapan yang sangat besar untuk Indonesia ke depannya, harapan agar Indonesia juga bisa populer dan unggul di mata dunia, khususnya dalam bidang pendidikan.
Untuk itu, mungkin kita pun dapat mempelajari hal-hal positif yang dimiliki oleh negeri Jiran ini. (*IK)