Fatimah Az Zahra, salah satu mahasiswi Kelas Internasional Fasilkom UI angkatan 2006. Saat ini ia menjalani sisa masa kuliahnya selama 1.5 tahun di University of Queensland-UQ (St Lucia Campus). Zahra, begitulah dia biasa disapa, berbagi tentang empat bulan pengalamannya belajar di luar negeri. Menurutnya, belajar di luar negeri menuntut usaha yang jauh lebih besar karena jauh dari orang-orang terdekat dan juga suasana belajar yang tentu berbeda.
Namun, dari situasi inilah dia dapat belajar untuk menjadi lebih baik lagi.Zahra juga berbagi cerita, ketika awal kuliahnya di University of Queensland,timbul masalah misunderstanding. Ini disebabkan karena belum terbiasa dengan aksen bicara dosen yang berasal dari negara yang berbeda-beda, namun lama-kelamaan masalah itu bisa diatasi karena sudah terbiasa. Zahra juga meminta masukan-masukan dari para senior yang sebelumnya study abroad, sehingga ia tidak terlalu mengalami kesulitan lagi untuk beradaptasi di luar negeri.
Dalam hal perkuliahan, kultur disana juga cukup jauh berbeda dengan di Indonesia. Misalnya, bila di Indonesia harus mengisi daftar hadir ketika kuliah dan siswa tidak dapat mengikuti Ujian Akhir Semester jika kehadiran kurang dari 90%. Sedangkan di sana, hadir atau tidak hadir kuliah bukanlah suatu masalah asalkan setiap tugas tuntas diselesaikan. Namun sifat individualis di sana juga sangat tinggi, berbeda dengan di Indonesia yang masih saling mengingatkan satu sama lain, seperti dalam hal mengerjakan tugas-tugas kuliah. Selain perbedaan kultur, perkuliahan di sana pun memiliki beberapa kelebihan, seperti tugas-tugas kuliah yang langsung bisa diimplementasikan dalam kehidupan nyata maupun fasilitas yang lengkap untuk mendukung perkuliahan.
Menurut Zahra, kuliah di luar negeri memang butuh perjuangan karena lingkungan budaya yang berbeda dan jauh dari orangtua, saudara, juga sahabat. Namun, juga cukup menyenangkan karena fasilitas lengkap yang memudahkan dalam pengerjaan tugas kuliah dan sistem kuliah yang menarik. Harapan Zahra setelah lulus nanti adalah menjadi dosen atau researcher di mana pun asalkan di Jakarta. Kiranya ini juga potret bagi kita, sejauh apapun menuntut ilmu, pada saatnya kita tetap kembali untuk membangun tanah air menjadi lebih baik (*IK).
