Baticube, Rekam Jejak Industri Kreatif Mahasiswa Fasilkom UI

Baticube, Rekam Jejak Industri Kreatif Mahasiswa Fasilkom UI

On Wednesday, October 27 th, 2010

1_baticubePercayakah Anda, berawal dari sebuah ide yang diikuti dengan kerja keras bisa membuka jalan ke berbagai macam hal? Jika belum, berikut kisah perjalanan prestasi mahasiswa Fasilkom yang merupakan salah satu bukti dari hasil kerja keras dan ide bersama.

Pernah mendengar mengenai Baticube? Melalui Baticube, lima orang mahasiswa Fasilkom selaku co-founder Baticube yaitu Alfira Fitrananda, Akhmad Rahadian Hutomo, Ahmad Mahmudi Yunus, Alfadesta (Sistem Informasi 2008) dan Adzar Karomy (Sistem Informasi 2007) menjalani pengalaman luar biasa yang tak ternilai di Pulau Dewata, Denpasar Bali untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXIII pada 20-24 Juni 2010 lalu.

Apakah itu Baticube? Baticube merupakan usaha yang bergerak di bidang industri kreatif. Baticube adalah hasil dari “perkawinan” antara batik dan kaos. Ide ini berawal dari sebuah ide sederhana untuk membuat usaha produk bertema batik dalam tugas business plan pada mata kuliah Administrasi Bisnis. Tim yang pada saat itu terdiri atas Fira, Ian, Yunus, Desta, Romy, dan Adinda (mahasiswa jurusan Sistem Informasi) melakukan pengembangan ide dan penguatan konsep pada Baticube. Melalui mata kuliah tersebut, kemudian 5 personil co-founder Baticube mengetahui bahwa terdapat banyak hal yang harus diperhatikan dalam mewujudkan suatu ide bisnis, seperti memiliki konsep yang matang, harus dapat direalisasikan, memiliki perencanaan keuangan yang baik, fokus, dan banyak hal lainnya.

Dengan saran dari Bpk. Bagus Widyanto dan Ibu Putu Wuri (Dosen Fasilkom UI), akhirnya para co-founder Baticube ini mengajukan business plan tersebut dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi bidang kewirausahaan dengan judul project “BATICUBE: Batik Modifikasi sebagai Refleksi Inovasi Batik Indonesia”. Tim Baticube pun lolos pada tahap seleksi pertama dan mendapat dana dari Dikti sebesar Rp. 7.000.000 untuk menjalankan bisnis dari proposal PKM yang mereka ajukan.

Berawal dari saran untuk memasukkan proposal bisnis tersebut, 5 personil Baticube pun kini memutuskan untuk menjalankan Baticube dengan serius. “Sebagai pemula dalam industri batik, tekstil dan bisnis terutama bisnis kaos, kami benar-benar belajar dari awal. Saya, Ian, Yunus, Romy, dan Desta melakukan riset dan survey untuk mendapatkan bahan kaos terbaik dan jenis batik terbaik mulai dari Pasar Jatinegara, Pasar Tanah Abang, Pusat Batik Thamrin, hingga penjualan online” kata Fira, salah satu co-founder Baticube.

Fira juga berbagi cerita mengenai riset panjang yang dilakukan oleh tim-nya selama dua bulan untuk menemukan formula jenis batik yang terbaik untuk dijahit ke kaos polos. Lalu melakukan riset untuk menentukan desain batik seperti apa yang diinginkan berdasarkan hasil survey, teknik penjahitan apa saja yang ada untuk menghasilkan kaos Baticube yang awet, berkualitas dengan harga yang tetap bersaing.
Tidak dipungkiri, pengetahuan awal yang minim tentang bisnis kaos serta kesibukan mereka di Fasilkom yang tidak hanya memiliki tanggung jawab secara akademik, tetapi juga sebagai bagian dari berbagai organisasi dan kepanitiaan (BPH BEM, panitia COMPFEST2010, FUKI, dan lain-lain) menjadi tantangan yang amat besar dalam menjalankan bisnis Baticube. Tidak mudah, tetapi dari sinilah kekuatan tim diuji.

Hingga kemudian saat monitoring dan evaluasi yang diadakan oleh DIKTI tiba, mereka mempersiapkan berbagai macam hal. Mulai dari laporan keuangan, membuat desain serta mencetak katalog maupun stiker, penyempurnaan web, dan semakin menggencarkan strategi marketing untuk meningkatkan penjualan. “Pada saat monitoring dan evaluasi oleh DIKTI berlangsung, kami merasa deg-degan namun optimis dan percaya diri” ujar Fira. Terutama rasa senang saat diumumkan bahwa Baticube lolos seleksi berikutnya untuk mengikuti Pekan Ilmiah Nasional ke XXIII yang diadakan di Universitas Mahasaraswati, Denpasar Bali pada 20-25 Juli 2010.

Tim Baticube mengakui bahwa pengalaman mereka untuk hal ini bisa dibilang hampir nol karena tidak ada di antara mereka yang pernah mengikuti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) sebelumnya, apalagi lolos hingga PIMNAS. “Akan tetapi sungguh luar biasa dukungan yang diberikan oleh teman-teman dari Fasilkom, dan rekan-rekan sesama kontingen PIMNAS lainnya. Pelatihan yang diberikan oleh Pak Adila, Mbak Riveli, Pak Banu Muhammad, dan bimbingan Bu Putu meningkatkan optimisme dan semangat kami untuk mengharumkan nama UI dan Fasilkom di kompetisi nasional” kata Tim Baticube .

Perjalanan Menuju Prestasi
Tim Baticube berbagi cerita mengenai perjalanan mereka ke tanah Bali yang cukup melelahkan yaitu menempuh perjalanan selama kurang lebih 36 jam dengan menggunakan Bis Kuning. Di “medan perang”, saat kompetisi berlangsung tim Baticube bertemu dengan lebih dari 1500 kontingen PIMNAS yang berasal dari seluruh propinsi di Indonesia. Saingan terberat adalah UGM dan IPB, dengan masing-masing lebih dari 25 tim yang maju di PIMNAS dan setiap timnya melalui proses karantina serta pelatihan dalam menghadapi PIMNAS. Jumlah tim dari UI untuk PIMNAS 2010 hanya 6 Tim! Namun itu tidak menyurutkan semangat tim Baticube. Mereka tetap optimis dan percaya sudah mengerahkan segala usaha dan kerja keras yang terbaik.

Tibalah giliran presentasi untuk tim Baticube, meski sempat terhalang oleh kesalahan teknis yang tidak diduga sebelumnya, namun mereka melanjutkan presentasi dengan yakin. Tiga orang juri, yang adalah ekspertis dan konsultan UKM selama lebih dari 35 tahun, melontarkan pertanyaan yang cukup tajam dan dalam kepada tim Baticube. Hingga tiba saatnya pengumuman, Baticube dinobatkan sebagai “The Most Favourite Presentation”.

Bagi tim Baticube, pengalaman dan pelajaran yang diperoleh selama terlibat PKM dan PIMNAS sangatlah berharga. Mereka bertemu dengan para entrepreneur muda lainnya dari berbagai universitas se-Indonesia, berbagi ilmu dan pengalaman, belajar melakukan presentasi dan melatih kemampuan berkomunikasi yang baik. Kami jadikan pencapaian tersebut sebagai langkah awal dan pemicu untuk lebih baik di tahun yang akan datang. “Meskipun tidak membawa juara utama, pengalaman dan pelajaran ini tidaklah ternilai. Yang terpenting lagi adalah, Baticube tidak akan berhenti di PIMNAS, kami bertekad akan melanjutkan bisnis ini hingga besar dan bercita-cita menjadi market leader pada industri kaos” ujar Fira dengan optimis.
“Menularkan” Semangat Kreativitas Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) merupakan bukti tingginya minat dan besarnya kreativitas serta semangat para pemuda Indonesia untuk berkarya dalam bidang keilmiahan. Setelah kepulangan tim Baticube dari Bali, mereka & rekan-rekan kontingen PIMNAS UI bertekad untuk memajukan dan meningkatkan minat teman-teman mahasiswa UI dalam karya tulis ilmiah.

Mereka menargetkan peningkatan jumlah karya tulis untuk disertakan pada PKM tahun ini bisa lebih baik lagi, baik dalam bidang Kewirausahaan, Penelitian, Teknik, Pemberdayaan Masyarakat, Artikel Ilmiah, maupun Gagasan Tertulis. “Walau demikian, tidak cukup hanya mengandalkan peran dari mahasiswa dan pembimbing, diperlukan adanya suatu sistem dari Universitas Indonesia untuk mendorong dan memberikan dukungan lebih besar agar harapan kami membawa pulang piala bergilir ADHIKARTA KERTAWIDYA di PIMNAS XXIV mendatang dapat benar-benar terwujud” ujar Fira.

5_baticubeBerawal dari ide sederhana di bangku kuliah, apakah itu berasal dari tugas kuliah ataupun kesamaan hasrat dan hobi antar teman, kreativitas dapat menjadi cikal bakal dan modal dalam berwirausaha. Mari kita “tularkan” semangat kreativitas yang positif, jujur dan bermanfaat untuk orang-orang di sekeliling kita.

Leave a Reply

We usually reply with 24 hours except for weekends. All emails are kept confidential and we do not spam in any ways.

Thank you for contacting us :)

Enter a Name

Enter a valid Email

Message cannot be empty

X