Hyperspectral Data Mining and Intelligence for Rice Yield Prediction

Hyperspectral Data Mining and Intelligence for Rice Yield Prediction

On Saturday, May 14 th, 2011

hyperspectral-data-mining-1024x745Fasilkom UI kembali menggelar Seminar Reboan pada Rabu, 14 Maret 2012. Seminar kali ini bertajuk Hyperspectral Data Mining and Intelligence for Rice Yield Prediction yang disajikan oleh Ir. Sidik Mulyono, M.Eng dari BPPT. Selain menjadi Chief Engineer dan staf peneliti di TISDA BPPT, Ir. Sidik Mulyono, M.Eng merupakan kandidat doktor Fasilkom UI.

Berbagai permasalahan seperti ketidakseragaman metode penanaman, tidak akuratnya metode pengamatan padi, dan tidak adanya informasi spasial dari Bulog terkait produksi beras, menimbulkan masalah reliabilitas data kapasitas produksi beras di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai alternatif solusi dari permasalahan ini, Sidik menggagas penaksiran dengan metode remote sensing.

Seperti namanya, metode remote sensing merupakan teknik memperoleh informasi mengenai obyek tertentu tanpa harus menyentuh obyek yang dimaksud. Dengan metode ini, penaksiran kapasitas produksi padi via penginderaan jarak jauh (inderaja) dimungkinkan. Sidik menggunakan hyperspectral data mining dalam penelitian ini.

“Dengan hyperspectral data mining, data yang digunakan untuk analisis bisa lebih akurat. Sebab berbeda dengan broadband maupun multispectral data mining, hyperspectral mampu mengakomodasi lebih banyak pita cahaya,” lanjut Sidik.

Dari pengamatannya di daerah Indramayu, Jawa Barat, Sidik menemukan ternyata data yang dihasilkan inderaja tidak jauh berbeda dengan hasil survei lapangan. Menjelaskan hal ini, Sidik menuturkan, “perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor cuaca, sebab sensor optik yang saya gunakan di sini akan dengan sangat mudah terpengaruh jika ada awan. Apalagi daerah Indramayu dekat dengan Pantai Utara, jadi pasti banyak awan.”

Hasil penelitian ini dibayangkan akan sangat berguna bagi Indonesia ke depannya. Dengan taksiran yang lebih akurat dan reliabel mengenai kapasitas produksi beras dalam negeri, harapannya pemerintah tak perlu lagi mengimpor. Selain itu, dengan adanya ini, pemerintah diharapkan dapat lebih cepat tanggap jika ada permasalahan seputar produksi beras. Toh, kalau bisa berswasembada, mengapa perlu bergantung dengan negeri orang?

Namun menurut Sidik, tantangan untuk pengembangan sistem ini adalah biaya penelitian yang tidak sedikit. Akan tetapi, bila memang pemerintah serius, pasti akan mendukung langkah ini. (*)

Leave a Reply

We usually reply with 24 hours except for weekends. All emails are kept confidential and we do not spam in any ways.

Thank you for contacting us :)

Enter a Name

Enter a valid Email

Message cannot be empty

X