Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai katalisator pembangunan yang berkelanjutan disinyalir akan semakin meluas dan signifikan. TIK tidaklagi dianggap sebagai sebuah tren gaya hidup semata, namun telah menjadi suatu kebutuhan yang mengiringi derap aktivitas masyarakat dewasa ini.
Berbagai kegiatan seminar dan workshop peningkatan kompetensi dalam bidang TIK dalam skala regional, nasional maupun internasional pun acap digelar di Indonesia. Tidak ketinggalan, Fasilkom UI sebagai institusi terdepan dalam pengembangan ilmu komputer dan teknologi informasi di Indonesia turut berkontribusi dalam menyelenggarakan pelatihan pengembangan dan pemanfaatan TIK, khususnya dalam dunia pendidikan, sebagai wujud Pengabdian Kepada Masyarakat.
Salah satunya pada tanggal 27- 29 Februari 2012 lalu. Fasilkom UI bekerja sama dengan APCICT (Asia Pacific Training Centre for Information and Communication Technology for Development) menyelenggarakan program pelatihan berskala internasional bertajuk Primer Series Training of Trainers Workshop on ICTD for Youth. Berada di bawah naungan United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP), APCICT merupakan sebuah lembaga pelatihan yang bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi bagi pembangunan yang berkantor pusat di Icheon, Korea Selatan.
Selama tiga hari penuh, 3 (tiga) orang profesor, lebih dari 50 (lima puluh) orang dosen, serta para praktisi pendidikan lainnya mengikuti pelatihan Primer 1: An Introduction to ICT for Development dari rangkaian Primer Series Training mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi bagi pembangunan. Para peserta pun dilatih untuk menyusun strategi dalam mengimplementasikan sumber daya dan sarana TIK bagi kaum muda di institusi pendidikan mereka masing-masing. Peserta pelatihan antara lain berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Pancasila dan Politeknik Hera Timor Leste.
Hadir sebagai pembicara dalam TOT workshop ini adalah Prof. Usha Rani Vyasulu Reddy. Beliau adalah seorang konsultan yang aktif sebagai narasumber dan trainer/fasilitator TIK bagi pembangunan. Wanita enerjik ini juga merupakan mantan Direktur Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk Sekolah Tinggi Pendidikan Administrasi di India.
Pada akhir Primer Series Training di hari ketiga, para peserta menyatakan besarnya manfaat yang diperoleh dari pelatihan ICTD tersebut dalam mengembangkan modul TIK yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan pengajaran di tingkat universitas.
Ternyata kegiatan workshop ICTD yang lalu menyimpan banyak kenangan manis, terutama di benak para delegasi asing dari UN-APCICT. Berikut adalah cerita post-workshop, yakni acara yang diadakan selepas pelatihan yang berhasil dihimpun panitia. Yuk, ikuti betapa serunya mengajak tim UN-APCICT jalan- jalan keliling Jakarta!
TAMAN MINI INDONESIA INDAH Yes, kemana lagi mengajak tamu asing melihat keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia secara utuh dalam sekali jalan, kalau bukan ke TMII. Benar saja, decak kagum tak henti-hentinya terdengar dari tim UN-APCICT saat kita mengunjungi beberapa anjungan rumah adat dan Museum —. Sayangnya karena keterbatasan waktu, tidak semua anjungan dan museum di kompleks TMII bisa dijelajahi. Kunjungan ke TMII diakhiri dengan acara nonton di Keong Emas IMAX Theater.
WARUNG CHAMOE-CHAMOE Next stop : Lunch at Warung Chamoe- Chamoe, SCBD. Lagi-lagi tamu asing workshop ICTD dibuat kagum dengan sajian menu yang dihidangkan saat makan siang di Warung Chamoe-Chamoe yang terkenal dengan masakan khas Manado-nya. Apalagi sepanjang makan siang, rombongan ditemani dengan pemusik keliling (lengkap dengan bass, gitar dan gendang) yang siap menyanyikan request lagu dari pengunjung. Senyum puas terbingkai indah di wajah tamu-tamu UN-APCICT Warung Chamoe Chamoe menuju tempat wisata selanjutnya.
KOTA TUA JAKARTA Next on our list : Kota Tua Jakarta. Di sela kemacetan tim UN-APCICT malahan sangat menikmati waktu berkendara menuju Kota Tua. Kombinasi gedung-gedung tua yang sebagian besar tidak terawat, serta suasana kumuh di sepanjang dan sekitar Pecinan menuju Old Batavia justru menjadi daya tarik dan objek foto para tamu asing kita. Mereka merangkum kunjungan ke tempat wisata ketiga ini dalam satu rangkaian kata: “A perfect combination of
uniquely Indonesia”.
CAFÉ BATAVIA Last stop: Café Batavia. Perjalanan singkat keliling Jakarta hari ini bermuara di Café Batavia yang masih terletak dalam area Taman Fatahillah, Kota Tua. Begitu kita menjejakkan kaki di pintu masuk, nuansa Jakarta tempoe doeloe sangat kental terasa. Apalagi pihak pengelola tetap mempertahankan keutuhan bangunan café yang 90% didominasi kayu-kayu tua nan kokoh dengan arsitektur jaman kolonial Belanda. Tamu-tamu UN-APCICT pun langsung berlomba membidik setiap sudut ruangan café yang dindingnya penuh dengan koleksi foto tokoh mancanegara. Tidak hanya mata yang dipuaskan dengan keelokan interior café, lidah tim UN-APCICT juga terpuaskan dengan sajian menu Indonesian, Western dan Asian food khas Café Batavia yang maknyoes.
Akhirnyaaa, berakhirlah Tour de Jakarta bersama para tamu UNAPCICT hari Kamis (01/03) Panitia mengucapkan terima kasih kepada semua anggota tim yang turut menemani delegasi asing kita. “It has been a real pleasure, as well as an honor to work with you all.”. (Aya)